UPACARA
PERNIKAHAN
FERRY
&
WINDY
08
JUNI 2013
CETYA
TRI RATNA
JL.
TALIB I NO 35-37
JAKARTA

PENYAMBUTAN
Di depan gerbang Cetya pandita menyambut
orang tua dan mempelai
Mempelai melepaskan burung dan pandita
membaca doa:
Namo Buddhaya
Namo Dharmaya
Namo Sangghaya
Na
ca khuddaŀ samācare kiñci
Yena
viññu pare upavadeyyuŀ
Sukkhino
vā khemino hontu
Sabbe
satta bhavantu sukkhitattā
Sadhu...sadhu...sadhu...
( tak berbuat kesalahan
barang sekecil apapun yang dapat dicela oleh para orang bijaksana semoga kita
bahagia dan sentosa semoga semua mahkluk berbahagia)
Namo sanghyang adi Buddhaya
Namo Buddhaya
MC : Adalah suatu berkah karma baik pada saat ini dua
insan dipertemukan, di dekatkan dan akhirnya diberkahi dalam suatu ikatan
pernikahan secara agama Buddha.
Bapak,
ibu dan saudara-saudari sekalian marilah kita berdiri menyambut kedatangan
kedua mempelai dengan mudita cita.
I.
PROSESI
MC : Kedua mempelai memasuki Dhammasala di ikuti
kedua orang tua mempelai.
Keluarga dan tamu
berdiri menyambut; orang tua mempelai disisilkedua mempelai yang didampingi
pandita dan regu prosesi memasuki dharmasala sampai kedepan altar. (diiringi lagu
“Kami datang bersujud”)
II.
UPACARA
MC : Upacara pengukuhan Pernikahan
Pandita
menegaskan keinginan kedua mempelai untuk menjalani upacara secara agama
Buddha, dan menanyakan kepada orang tua dan hadirin betul-betul tidak
keberatan.
Namo Sanghyang ādi Buddhaya
Namo Buddhaya
Namo
Boddhisattwaya-Mahasattwaya
Dalam bimbingan Tri Ratna, pada hari ini, Sabtu, tanggal delapan Juni
tahun dua ribu tiga belas, saya selaku rohaniawan pembina perkawinan agama
Buddha akan menuntun pasangan:
Sdr. Ferry
Dan
Sdri. Windy
Untuk melangsungkan perkawinan secara agama Buddha.
Sebelumnya, saya perlu menegaskan :
Sdr. Ferry, apakah sungguh bersedia menikah dengan Sdri. Windy secara
agama Buddha?
(jawab: Ya)
Sdri, Windy apakah sungguh bersedia menikah dengan Sdr. Ferry secara
agama Buddha?
(jawab: Ya)
Kepada pihak orang tua kedua calon mempelai, apakah ada yang berkeberatan
terhadap perkawinan ini?
(jawab: Tidak)
Kepada para hadirin yang ikut menyaksikan, apakah ada yang berkeberatan
terhadap perkawinan ini?
(jawab: Tidak)
III.
Penyalaan
Lilin dan Dupa
MC : Kedua Calon Mempelai
menyalakan Lilin warna Merah secara bersama-sama
Orang tua mempelai Pria :
Menyalakan lilin berwarna Biru da kuning
Orang tua mempelai perempuan
: menyalakan lilin warna merah dan putih
Pandita menyalakan lilin
warna Jingga
Kemudian dilanjutkan dengan
penyalaan dupa, Kedua mempelai didampingi pandita mempersembahkan
dupa.
Lagu: PENDUPAAN
Pendupaan mulai menghangat dan menyala-nyala
Dharmadhatu Dharmadhatu Diliputi
wanginya
Diliputi wanginya...
wanginya
dihadapan para Buddha
yang sedang
musyawarah
Oh ... awan kebahagiaan
Terbentuk di mana-mana
Saat pujianku telah berlimpah-limpah
Para Buddha menampakan diri-Nya.
Om
Vajra Dupe Ah Hum
Om
Vajra Dupe Ah Hum
Om
Vajra Dupe Ah Hum
IV.
PUJA
BAKTI BERSAMA
Mempelai duduk
berlutut, membaca :
(hadirin yang
ikut membaca tetap duduk)
NAMASKARĀ GATHĀ
Araham sammāsambuddho bhagavā
Buddhaŀ bhagavantaŀ abhivādemi.
Bhagavā Yang
Maha Suci yang telah mencapai penerangan sempurna, aku bersujud dihadapan Bhagavā.
(Namaskara)
Svākkhāto bhagavatā dhammo
Dhammaŀ namassāmi.
Dhammä telah sempurna dibabarkan oleh Bhagavā,
Aku bersujud di hadapan Dhammā.
(Namaskara)
Supaţipanno bhagāvato sāvakasańgho
Sańghaŀ namāmi.
Sagha siswa Bhagavā telah bertindak sempurna,
Aku bersujud di hadapan Sańgha.
(Namaskara)
VANDANA
Namo
Sanghyang âdi Buddhaya(3x)
Namo
Tassa Bhagavato Arahato Sammā-Sambuddhassa (3x)
Namo
Sabbe Boddhisattvàya-Màhasattvaya (3x)
(Terpujilah tuhan yang maha esa (3X)
Terpujilsh Bhagawa, yang maha suci, yang telah
mencapai penerangan sempurna (3X)
Terpujilah semua Bodhisattwa-Mahasattwa (3X))
TISARAŅA
Buddhaŀ saraņaŀ gacchāmi
Dhammaŀ saraņaŀ gacchàmi
Sańghaŀ saraņaŀ gacchāmi
Dutiyampi Buddhaŀ saraņaŀ gacchāmi
Dutiyampi Dhammaŀ saraņaŀ
gacchāmi
Dutiyampi Sańghaŀ saraņaŀ
gacchāmi
Tatiyampi Buddhaŀ saraņaŀ
gacchāmi
Tatiyampi Dhammaŀ saraņaŀ
gacchāmi
Tatiyampi Sańghaŀ saraņaŀ
gacchāmi
(Aku
berlindung kepada Buddha
Aku
berlindung kepada Dharma
Aku
berlindung kepada Sanggha
Untuk
kedua kalinya Aku berlindung kepada Buddha
Untuk
kedua kalinya Aku berlindung kepada Dharma
Untuk
kedua kalinya Aku berlindung kepada Sanggha
Untuk
ketiga kalinya Aku berlindung kepada Buddha
Untuk
ketiga kalinya Aku berlindung kepada Dharma
Untuk
ketiga kalinya Aku berlindung kepada Sanggha)
PAÑCÃSILA
Pāńātipātā veramaņī sikkhāpadaŀ samādiyāmi
Adinnādānāveramaņī sikkhāpadaŀ samādiyāmi
Kāmesumicchācārā veramaņī sikkhāpadaŀ samādiyāmi
Musāvādāveramaņī
sikkhāpadaŀ samādiyāmi
Surāmeraya majjapamādaţţhānāveramaņī sikkhāpadaŀ samādiyāmi
(Aku bertekad ntuk melatih diri menghndari pembunuhan mahkluk hidup) (Aku
bertekad untuk melatih diri menghindari mengambil barang yang tidak diberikan)
(Aku Bertekad untuk melatih diri menghindari perbuatan asusila)
(Aku bertekat untuk melatih dirimenghindari ucapan yang
tidak benar)
(Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minum-minuman keras
yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran)
V.
MEDITASI dan DOA PEMBERKATAN CINCIN
VI.
IKRAR
PERNIKAHAN
Mempelai berdiri
Ferry
memasangkan cincin pada jadi Windy seraya mengucapkan :
“ Windy, di
hadapan altar Buddha dengan ini saya menyatakan mengikatkan diri sebagai
suamimu. Terimalah cincin ini dan hatiku untuk selalu bersamamu”
Windy
memasangkan cincin pada jari Ferry seraya mengucapkan :
“ Ferry, di
hadapan altar Buddha dengan ini saya menyatakan mengikatkan diri sebagai
istrimu. Terimalah cincin ini dan hatiku untuk selalu bersamamu”
Mempelai
duduk, dengan sikap anjali menghadap altar Buddha bersama-sama mengucapkan:
Kami
akan senantiasa saling mencintai, saling
menghormati, saling mengerti, saling membahagiakan, saling melindungi,
setia dalam suka maupun duka, sepanjang hidup kami, bersama-sama saling
membantu, menjalankan Dharma da Winaya.
Kami
akan melaksanakan kewajiban suami istri, dan di kemudian hari sebagai orang tua
dari anak-anak kami, dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
Semoga
kami senantiasa dalam bimbingan Buddha, Dharma dan Sanggha.
Semoga
semua orang ikut berbahagia dengan perkawinan kami.
Sadhu...Sadhu...Sadhu...
VII.
PENGIKATAN
PERNIKAHAN
Pandita
mempersatukan tangan kedua mempelai dengan mengikatkan pita kuning
Orang
tua pihak laki-laki mengrudungkan kain Dharma pada tubuh kedua mempelai.
”PERKAWINAN YANG BERBAHAGIA”
Berbahagialah perkawinan saling
mencinta,
Suami istri yang saling mengerti sama
setia
Pada
saling hormat menghormati,
Pada
saling harga menghargai
Saling
percaya, saling membantu,
Itulah perkawinan
yang berbahagia
VIII. Wejangan
Dhamma dari Romo Pandita
Pemercikan
air pemberkahan oleh pandita kemudian
diikuti oleh kedua orang
tua dari masing-masing mempelai.
IX.
Pembukaan kain kerudung dan pita kuning
Pembukaan pita
kuning dilakukan oleh Pandita. Pita diserahkan kepada mempelai, dengan pesan
agar disimpan baik-baik sebagai kenangan yang selalu mengingatkan kembali ikrar
pekawinan.
X.
Penandatangan
berita acara perkawinan.
PENUTUP
Mempelai
duduk berlutut, membaca :
(hadirin
yang ikut membaca tetap duduk)
NAMASKARĀ GATHĀ
Arahang
sammāsambuddho bhagavā
Buddham bhagavantam abhivādemi.
(Namaskara)
Svākkhāto bhagavatā dhammo
Dhammaŀ namassāmi.
(Namaskara)
Supaţipanno bhagāvato sāvakasańgho
Sańghaŀ namāmi.
(Namaskara)
XI.
Selanjunya
kedua mempelai bersujud kepada
orang tua secara bergantian.
Lagu: SUJUDKU
Trimalah
sujudku oh ayah ibuku
Ampunilah
segala kesalahan
Agar
hidupku tiada beban
Kumohon
doamu, kumohon restumu
Agar
lapanglah jalan hidupku
Bahagia
kan menunggu
Oh
ayah ibuku yang kucinta, Doamu selalu kunantikan
Oh
ayah ibuku yang kusayang, Jasamu tak kan kulupakan.
MC : Demikianlah tadi rangkaian acara pengukuhan
pernikahan antara saudara Ferry dan Saudari Windy pada tanggal Delapan Juni
2013 telah selesai dilaksanakan.
Atas nama seluruh pengurus Cetya Sekolah Tri Ratna kami
mengucapkan selamat menempuh hidup baru, selamat berbahagia, sejahtera dan
dapat mengarungi bahtera rumah tangga dalam Dhamma.
Untuk selanjutkan kedua mempelai kami serahkan kepada
kedua orang tua.
Lagu : Bahtera Kehidupan